Latar
belakang dan keluarga
Ia lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari
anak pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Dari silsilah ayahnya dapat
dilacak hingga Pakubuwanaserta
memiliki hubungan dengan trah Hamengkubuwana .
Seperti ayahnya, ia pun berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di kediaman keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta. Susilo Bambang Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang adalah anak perempuan ketiga Jenderal(Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm). Komandan militer Jenderal Sarwo Edhi Wibowo turut membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965. Dari pernikahan mereka lahir dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir 1978) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lahir 1980).
Agus adalah lulusan dari SMA Taruna Nusantara tahun 1997 dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000. Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus menikahi Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia. Sejak pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk gelar master-nya di Strategic Studies at Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of Technology di Perth, Australia Barat.
Seperti ayahnya, ia pun berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di kediaman keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta. Susilo Bambang Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang adalah anak perempuan ketiga Jenderal(Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm). Komandan militer Jenderal Sarwo Edhi Wibowo turut membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965. Dari pernikahan mereka lahir dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir 1978) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lahir 1980).
Agus adalah lulusan dari SMA Taruna Nusantara tahun 1997 dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000. Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus menikahi Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia. Sejak pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk gelar master-nya di Strategic Studies at Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro lulus dengan gelar ganda dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin University of Technology di Perth, Australia Barat.
Pendidikan
·
Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
·
American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
·
Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
·
Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning,
AS, 1982-1983
·
On the job training di 82-nd Airbone Division,
Fort Bragg, AS, 1983
·
Jungle Warfare School, Panama, 1983
·
Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman, 1984
·
Kursus Komando Batalyon, 1985
·
Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
·
Command and General Staff College, Fort
Leavenworth, Kansas, AS
·
Master of Art (MA) dari Management Webster
University, Missouri, AS
·
Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari
Institut Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004.
Karier
militer
Tahun 1973,
ia lulus dari Akademi Militer Indonesia (Akabri: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan
penghargaan Adhi Makayasa sebagai
murid lulusan terbaik dan Tri
Sakti Wiratama yang merupakan prestasi tertinggi gabungan
mental, fisik, dan intelek. Periode1974-1976,
ia memulai karier di Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad. Pada tahun 1976, ia
belajar di Airborne
School dan US
Army Rangers, American Language Course (Lackland-Texas),
Airbone and Ranger Course (Fort Benning) Amerika Serikat.
Kariernya berlanjut pada periode 1976-1977 di Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad, Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977), Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978, Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981, Paban Muda Sops SUAD (1981-1982. Periode 1982-1984, ia belajar di Infantry Officer Advanced Course (Fort Benning) Amerika Serikat.
Tahun 1983, ia belajar pada On the job training in 82-nd Airbone Division (Fort Bragg) Amerika Serikat, Jungle Warfare School (Panama, Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman pada tahun 1984, Kursus Komando Batalyon (1985) dan meniti karier di Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985), Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988), dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988).
Periode 1988-1989, ia belajar di Sekolah Komando Angkatan Darat dan melanjutkan ke US Command and General Staff College (Fort Leavenwort) Kansas Amerika Serikat pada tahun1991. Periode (1989-1993), ia bekerja sebagai Dosen Seskoad Korspri Pangab, Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994, Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995) serta Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (1995-1996). Lulusan Master of Art (MA) dari Management Webster University Missouri ini juga meniti karier di Kasdam Jaya (1996), dan Pangdam II/Sriwijaya sekaligus Ketua Bakorstanasda. Pada tahun 1997, ia diangkat sebagaiKepala Staf Teritorial (Kaster) TNI dengan pangkat Letnan Jenderal. Ia pensiun dari kemiliteran pada 1 April 2001 oleh karena pengangkatannya sebagai menteri.
Kariernya berlanjut pada periode 1976-1977 di Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad, Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977), Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978, Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981, Paban Muda Sops SUAD (1981-1982. Periode 1982-1984, ia belajar di Infantry Officer Advanced Course (Fort Benning) Amerika Serikat.
Tahun 1983, ia belajar pada On the job training in 82-nd Airbone Division (Fort Bragg) Amerika Serikat, Jungle Warfare School (Panama, Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman pada tahun 1984, Kursus Komando Batalyon (1985) dan meniti karier di Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985), Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988), dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988).
Periode 1988-1989, ia belajar di Sekolah Komando Angkatan Darat dan melanjutkan ke US Command and General Staff College (Fort Leavenwort) Kansas Amerika Serikat pada tahun1991. Periode (1989-1993), ia bekerja sebagai Dosen Seskoad Korspri Pangab, Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994, Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995) serta Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (1995-1996). Lulusan Master of Art (MA) dari Management Webster University Missouri ini juga meniti karier di Kasdam Jaya (1996), dan Pangdam II/Sriwijaya sekaligus Ketua Bakorstanasda. Pada tahun 1997, ia diangkat sebagaiKepala Staf Teritorial (Kaster) TNI dengan pangkat Letnan Jenderal. Ia pensiun dari kemiliteran pada 1 April 2001 oleh karena pengangkatannya sebagai menteri.
Karier
politik
Tampil sebagai juru bicara
Fraksi ABRI menjelang Sidang
Umum MPR 1998 yang dilaksanakan pada 9 Maret 1998 dan
Ketua Fraksi ABRI MPR dalam Sidang Istimewa MPR 1998. Pada 29 Oktober 1999,
ia diangkat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di
pemerintahan pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid. Setahun kemudian,
tepatnya 26 Oktober 1999,
ia dilantik sebagai Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko
Polsoskam) sebagai konsekuensi penyusunan kembali kabinet Abdurrahman Wahid.
Dengan keluarnya Maklumat Presiden pada 28 Mei 2001 pukul 12.00 WIB, Menko Polsoskam ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah khusus mengatasi krisis, menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya lantaran situasi politik darurat yang dihadapi pimpinan pemerintahan. Saat itu, Menko Polsoskam sebagai pemegang mandat menerjemahkan situasi politik darurat tidak sama dengan keadaan darurat sebagaimana yang ada dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1959.
Belum genap satu tahun menjabat Menko Polsoskam atau lima hari setelah memegang mandat, ia didesak mundur pada 1 Juni 2001 oleh pemberi mandat karena ketegangan politik antara Presiden Abdurrahman Wahid dan DPR. Jabatan pengganti sebagai Menteri Dalam Negeri atau Menteri Perhubungan yang ditawarkan presiden tidak pernah diterimanya.
Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri melantiknya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001. Merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden, jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret 2004. Berdirinya Partai Demokrat pada 9 September 2002 menguatkan namanya untuk mencapai karier politik puncak. Ketika Partai Demokrat dideklarasikan pada 17 Oktober 2002, namanya dicalonkan menjadi presiden dalam pemilu presiden 2004.
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam dan sejalan dengan masa kampanyepemilu legislatif 2004, ia secara resmi berada dalam koridor Partai Demokrat. Keberadaannya dalam Partai Demokrat menuai sukses dalam pemilu legislatif dengan meraih 7,45 persen suara. Pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla
Dengan keluarnya Maklumat Presiden pada 28 Mei 2001 pukul 12.00 WIB, Menko Polsoskam ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah khusus mengatasi krisis, menegakkan ketertiban, keamanan, dan hukum secepat-cepatnya lantaran situasi politik darurat yang dihadapi pimpinan pemerintahan. Saat itu, Menko Polsoskam sebagai pemegang mandat menerjemahkan situasi politik darurat tidak sama dengan keadaan darurat sebagaimana yang ada dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1959.
Belum genap satu tahun menjabat Menko Polsoskam atau lima hari setelah memegang mandat, ia didesak mundur pada 1 Juni 2001 oleh pemberi mandat karena ketegangan politik antara Presiden Abdurrahman Wahid dan DPR. Jabatan pengganti sebagai Menteri Dalam Negeri atau Menteri Perhubungan yang ditawarkan presiden tidak pernah diterimanya.
Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri melantiknya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001. Merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden, jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret 2004. Berdirinya Partai Demokrat pada 9 September 2002 menguatkan namanya untuk mencapai karier politik puncak. Ketika Partai Demokrat dideklarasikan pada 17 Oktober 2002, namanya dicalonkan menjadi presiden dalam pemilu presiden 2004.
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam dan sejalan dengan masa kampanyepemilu legislatif 2004, ia secara resmi berada dalam koridor Partai Demokrat. Keberadaannya dalam Partai Demokrat menuai sukses dalam pemilu legislatif dengan meraih 7,45 persen suara. Pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla
Ringkasan
karier
Prangko Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono
·
Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
·
Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
·
Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
·
Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad
(1977-1978)
·
Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
·
Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
·
Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
·
Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
·
Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
·
Dosen Seskoad (1989-1992)
·
Korspri Pangab (1993)
·
Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
·
Asops Kodam Jaya (1994-1995)
·
Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
·
Chief Military Observer United Nation Peace Forces
(UNPF) di Bosnia-Herzegovina(sejak
awal November 1995)
·
Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
·
Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua
Bakorstanasda
·
Asospol Kassospol ABRI/wakil Ketua Fraksi ABRI MPR
(Sidang Umum MPR 1998)
·
Kassospol ABRI/ Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang
Istimewa MPR 1998)
·
Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
·
Menteri Pertambangan dan Energi (sejak 26 Oktober
1999)
·
Menteri Koordinator Politik Sosial
Keamanan(Pemerintahan Presiden KHAbdurrahman Wahid)
·
Menteri Koordinator Politik Dan
Keamanan(Pemerintahan Presiden Megawati
Soekarnoputri) mengundurkan diri 11 Maret 2004
·
Presiden
Republik Indonesia (2004-2009)
·
Presiden
Republik Indonesia (2009-2014)
Penugasan
·
Operasi Timor Timur (1979-1980), dan
1986-1988
Jenderal TNI (Purnawirawan) Susilo Bambang Yudhoyono yang
pernah ditugaskan dalam sebuah operasi di Timor-Timur pada periode 1979-1980 dan
1986-1988 ini meraih gelar doktor (Ph.D.) dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian
Bogor (IPB) pada 3Oktober 2004.
Pada 15 Desember 2005,
ia menerima gelar doktor kehormatan di
bidangilmu politik dari Universitas
Thammasat Bangkok (Thailand). Dalam pidato pemberian gelar, ia
menegaskan bahwa politik merupakan seni untuk perubahan dan transformasi dalam
sebuah negara demokrasi yang damai. Ia tidak yakin sepenuhnya kalau politik itu
adalah ilmu.
Penghargaan
·
Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan
Mental Fisik, dan Intelek), 1973
·
Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akabri
1973)
·
Satya Lencana Seroja, 1976
·
Honor Graduate IOAC, USA, 1983
·
Satya Lencana Dwija Sista, 1985
·
Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
·
Dosen Terbaik Seskoad, 1989
·
Satya Lencana Santi Dharma, 1996
·
Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force
(UNPF), 1996
·
Satya Lencana United Nations Transitional
Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996
·
Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
·
Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
·
Wing Penerbang TNI-AU, 1998
·
Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998
·
Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
·
Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
·
Bintang Dharma, 1999
·
Bintang Maha Putera Utama, 1999
·
Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
·
Bintang Asia (Star of Asia), 2005, oleh BusinessWeek
·
Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama,
2006, oleh Sultan
Brunei
·
Doktor Honoris Causa, 2006, oleh Universitas Keio
·
Darjah Utama Seri Mahkota, 2008, oleh Yang DiPertuan Agong
Tuanku Mizan Zainal Abidin
·
100 tokoh Berpengaruh Dunia 2009 kategori
Pemimpin & Revolusioner Majalah TIME, 2009, oleh TIME
·
Knight Grand Cross in the Order of the Bath, 2012, oleh Ratu Elizabeth II.
Susilo Bambang Yudhoyono juga
pernah dicalonkan untuk menjadi penerima penghargaan
Nobel perdamaian 2006 bersama dengan Gerakan Aceh
Merdeka dan Martti Ahtisaari atas inisiatif mereka
untuk perdamaian di Aceh.
Masa
kepresidenan
MPR pada periode 1999–2004 mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945sehingga memungkinkan presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilu presiden dua tahap
kemudian dimenanginya dengan 60,9 persen suara pemilih dan terpilih sebagai
presiden. Dia kemudian dicatat sebagai presiden terpilih pertama pilihan rakyat
dan tampil sebagai presiden Indonesia keenam setelah dilantik pada 20 Oktober2004 bersama
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia
unggul dari pasangan Presiden Megawati
Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada
pemilu 2004.
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) sebagai prioritas penting dalam kepemimpinannya selain kasus terorisme global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian, dan perdagangan manusia juga sebagai beban berat yang membutuhkan kerja keras bersama pimpinan dan rakyat.
Di masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam seperti gelombang tsunami, gempa bumi, dll. Semua ini merupakan tantangan tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat.
Susilo Bambang Yudhoyono juga membentuk UKP4R, sebuah lembaga kepresidenan yang saat ini diketuai oleh Kuntoro Mangkusubroto (Marsilam Simandjuntak pada saat pembentukan) pada 26 Oktober 2006. Lembaga ini pada awal pembentukannya mendapat tentangan dari Partai Golkar seiring dengan isu tidak dilibatkannya Wakil PresidenJusuf Kalla dalam pembentukannya serta isu dibentuknya UKP4R untuk memangkas kewenangan Wakil Presiden, tetapi akhirnya diterima setelah SBY sendiri menjelaskannya dalam sebuah keterangan pers.
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) sebagai prioritas penting dalam kepemimpinannya selain kasus terorisme global. Penanggulangan bahaya narkoba, perjudian, dan perdagangan manusia juga sebagai beban berat yang membutuhkan kerja keras bersama pimpinan dan rakyat.
Di masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam seperti gelombang tsunami, gempa bumi, dll. Semua ini merupakan tantangan tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat.
Susilo Bambang Yudhoyono juga membentuk UKP4R, sebuah lembaga kepresidenan yang saat ini diketuai oleh Kuntoro Mangkusubroto (Marsilam Simandjuntak pada saat pembentukan) pada 26 Oktober 2006. Lembaga ini pada awal pembentukannya mendapat tentangan dari Partai Golkar seiring dengan isu tidak dilibatkannya Wakil PresidenJusuf Kalla dalam pembentukannya serta isu dibentuknya UKP4R untuk memangkas kewenangan Wakil Presiden, tetapi akhirnya diterima setelah SBY sendiri menjelaskannya dalam sebuah keterangan pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar